Hari yang di tunggu-tunggu telah datang, rasanya tak
sabar untuk bertemu dengan teman yang selama ini sudah saya anggap keluarga. Menunggu
angukatan umum dengan membawa beban tas carrier yang sangat berat. Ketika angkutan
umum datang, tak dikira macetpun menjadi mimpi buruk yang saya dapat sebelum
meninggalkan Ibu Kota untuk 2 hari kedepan. Namun mimpi buruk itu tak
berlangsung lama, supir angkutan umum memiliki banyak ide untuk mengahidari
kemacetan yang sangat amat panjang. Melawati petik emas yang sangat banyak,
melewati debu-debu yang begitu tajam dimata, akhirnya tak ada 15menit angkutan
umum yang saya tumpangi bisa melewati kemacetan di jalan raya tersebut.
Turunnya saya di
penghabisan angkutan umum, saya berjalan kaki setapak demi setapak
dengan
keringat yang tak henti ngucur dari kening saya untuk
mencapai tujuan pertama. Tak jauh tujuan awal saya dari penghabisan angkutan
umum dan akhirnya sampailah saya ditujuan awal. Rasa lelah terbayarkan dengan
senyuman dan tawa sambutan dari teman saya yang begitu bahagia. Setelah kami
telah dikabarkan untuk beranjak ke tujuan kedua (basecame) saya melanjutkan
perjalanan dengan karib saya di daerah yang sama (cilincing). Melihat teman-teman
berkumpul lengkap yang sangat bahagia punuh canda tawa, kami berdoa untuk
keselamatan kami untuk sampai tujuan. Menunggu adalah hal yang sangat
membosankan namun apabila menunggu dengan sohib yang selalu memberi canda tak
akan terasa lama. Jam mengatakan bahwa bis yang akan kami naiki berangkat 1jam
lagi, namun kami tak kunjung sampai ke terminal bis tersebut (terminal priok). Sesampai
terminal, feeling saya pun benar bahwa kami akan ditinggal bis akhir tujuan
merak, tak pakai berfikir lama kami mengejar bis tersebut dengan ojek pengkolan.
Allah mendengar doa saya agar kami bisa dapat mengejar bis tersebut. Dengan wajah
yang penuh keringat, nafas yang begitu sesak dan rasa takut, kami menaiki bis
tujuan merak. Kami duduk dengan rasa fikiran yang “plooong…” karna bisa duduk
dikursi bis tujuan. Macet bukan hanya di Ibu Kota namun di tol Karang Tengah
pun macet panjang. Dengan rasa gelisah kami menghubungi tourguate travel yang
kami gunakan bahwa macet tak bisa dihindari, dan akhirnya kabar baik pun datang
pada kami. Jam menunjukan kearah tapat 00.00 WIB, kami menginjakkan kaki di
pelabuhan Merak Banten. Pada pukul 02.30 WIB kami menuju kapal feri arah
pelabuhan Bakauheni Lampung, senyum sumringah tampak jelas dari raut wajah
kami. Tapat jam 03.00 feri yang kami tumpangi jalan dengan lambatnya, ombak
yang sedang bersahabat melancarkan perjalan penumpang feri. 2 jam berada di
feri tak terasa kami sampai di pelabuhan Bakauheni Lampung, namun perjalan tak
berhenti disitu saja. Kami harus menaiki angkutan umum yang sudah di sewa
dengan travel. 1 jam lamanya perjalanan untuk ketujuan pantai dan dilanjuti
dengan kendaran kapal nelayan dengan waktu 1jam menuju pulau umang-umang.
Hari berganti, kemarin adalah pertama kali menikamati alam diluar
pulau jawa begitu dengan besok. Tujuan awal kami di Lampung adalah ke Anak
Gunung Krakatau. Bangun pagi buta untuk melihat sunrise dari anak gunung Krakatau.
Sebelum kami menanjak gunung anak Krakatau kami di beritahu larangan apa saja
ketika kami diatas dan beritahu sejarah adanya anak gunung Krakatau. Tinggi
Krakatau ini mencapai 2.000 meter di atas permukaan laut, dan lingkaran
pantainya mencapai 11 kilometer. Gunung Krakatau ini tidak bisa ditanjak dengan
wisatawan yang minim alat tanjak karna gunung Krakatau diawali dengan
tebing-tebing yang hanya bisa di climb. Akibat ledakan yang hebat itu, tiga
perempat tubuh Krakatau hancur menyisakan kaldera (kawah besar) di Selat Sunda.
Sisi-sisi atau tepi kawahnya dikenal sebagai Pulau Rakata, Pulau Panjang dan Pulau
Sertung, dalam catatan lain disebut sebagai Pulau Rakata, Pulau Rakata
Kecil dan Pulau Sertung. Mulai pada tahun 1927 atau kurang lebih 40 tahun
setelah meletusnya Gunung Krakatau, muncul gunung api yang dikenal sebagai Anak
Krakatau dari kawasan kaldera purba tersebut yang masih aktif dan tetap
bertambah tingginya. Kecepatan pertumbuhan tingginya sekitar 0.5 meter (20
inci) per bulan. Setiap tahun ia menjadi lebih tinggi sekitar 6 meter (20 kaki)
dan lebih lebar 12 meter (40 kaki). Catatan lain menyebutkan penambahan tinggi
sekitar 4 cm per tahun dan jika dihitung, maka dalam waktu 25 tahun penambahan
tinggi anak Rakata mencapai 190 meter (7.500 inci atau 500 kaki) lebih tinggi
dari 25 tahun sebelumnya. Penyebab tingginya gunung itu disebabkan oleh
material yang keluar dari perut gunung baru itu. Saat ini ketinggian Anak
Krakatau mencapai sekitar 230 meter di atas permukaan laut, sementara Gunung
Krakatau sebelumnya memiliki tinggi 813 meter dari permukaan laut. Saya tidak
melawati moment,saya mengambil foto dengan teman-teman saya untuk kenangan,
berikut foto-fotonya:
Dibelakang gambar saya ini adalah puncak Anak Gunung Krakatau
Dibelakang gambar
kami adalah Gunung Krakatau.
Kami tidak sampai puncak Anak Gunung Krakatau, karna
pendakian hanya sampai badan Anak Gunung Krakatau. Sesampai pendakian akhir,
saya berucap syukur atas keindahan alam yang sangat luar biasa yang telah Allah
ciptakan untuk kami nikmati dan saya selalu terfikir dengan bencana Gunung
Krakatau yang luar biasa hebatnya untuk mengeluarkan api dari tubuhnya hingga
benua Eropa pun juga mengalami kegelapan akibat letusan Gunung Krakatau. Saya
hanya biasa berharap bahwa kami sebagai Makhluk yang paling mulia bisa menjaga
alam sekitar agar selalu indah dan dapat dinikmati dengan sesama dan saya hanya
bisa berharap bahwa saya dan teman-teman bisa menjelajah di bagian Indonesia lainnya.
Indonesia itu indah!! Jelajahi Indonesia dulu baru luar Indonesia J
Sekian.